Minggu, 13 Maret 2016

Kertas bekas



     Hening, kesan pertama ketika masuk kedalam rumah yang lampu depannya masih menyala, sedangkan didalam sangat gelap. Bau amis menyebar ke seluruh ruangan. Barang bukti berupa parang berlumur cairan merah marun mungkin sengaja disandarkan pelaku di samping pintu utama yang tidak terkunci. 
Gelapnya ruang tengah ini bukan hanya karena lampu belum dinyalakan, tapi ini masih jam 4 pagi dimana seharusnya belum ada manusia yang beraktivitas. 15 menit yang lalu, ada yang melaporkan mendengar keributan di rumah ini dan beberapa orang terlihat pergi dengan Range Rover hitam bernomor polisi D.
Bercak darah di ruang tengah, seperti bekas mayat diseret, mengarah ke gudang disamping dapur. Jejak sepatu dari darah yang terdapat lingkaran kecil dengan angka 42 di tengahnya menjadi salah satu petunjuk. Benar saja, menyelaras bercak seretan darah, 2 mayat tertelungkup di bawah rak gudang tertindih bangku reyot. Sayatan yang cukup rapi di leher mayat wanita dan bekas bacokan di perut, punggung dan leher si laki-laki, seluruh tubuh keduanya bermandikan darah.
Diruangan lain, satgas TKP menemukan bercak darah di dinding dan kasur. Lemari dan rak meja bekas di bobol tambah membuat ngeri kamar ini. Mayat gadis kecil berada dibawah dipan dengan mata belum tertutup dan darah keluar dari lubang di kepalanya. Sebutir selongsong 15mm berada dibawah meja. Mungkin ini yang dikira warga sekitar bahwa mereka mendengar suara letupan jam 2 tadi. 
Masih basah, belum terlalu dingin, dan masih mengalir. Kemungkinan ini baru terjadi 2-3 jam yang lalu. Forensik mencocokkan darah di parang dengan sampel ketiga korban. Sadis, semuanya cocok, dan berarti parang ini dipegang eksekutor beberapa saat yang lalu. 
Suara tangisan dibalik pintu kamar mandi yang terkunci menarik perhatian kami. Dibuka dengan paksa, dan seorang bocah kecil duduk dengan kedua tangan menutup wajahnya menjerit semakin keras. Kejamnya orang itu membuat bocah ini sebatang kara dan meninggalkan depresi yang akan ia ingat seumur hidupnya.
        To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar