Kertas Bekas - bagian 2.
Pagi menjelang, bukan suara kokokan ayam ataupun
decitan roda sepeda pengantar koran yang pagi itu kami dengar. Tiga unit mobil
ambulance dengan sirinenya membawa jasad ketiga korban tewas ke rumah sakit
untuk dilakukan autopsi untuk mengetahui sebab sebenarnya kematian mereka.
Anak perempuan korban selamat tadi dibawa ke
psikiatris untuk menjalani perawatan trauma. Kini ia sebatang kara tanpa tahu
lagi kemana harus tinggal. Nia Priska Sugiarto, kata yang tertulis di secarik
kartu keluarga milik korban adalah nama anak tersebut. Ironisnya, ia yang baru
berumur 7 tahun harus kehilangan semua orang yang ia sayangi. Perenggutan nyawa
yang dilakukan sekelompok orang pagi tadi membuatnya sebatang kara.
Tak banyak yang kami temukan dirumah itu. Sekadar
jejak sepatu berukuran 42 tadi menjadi petunjuk untuk menguak dalang dari semua
ini. Sidik jari di parang yang bersandar di pintu rumah beserta temuan potongan
rambut tipis berwarna pirang menjadi pelengkap proses investigasi. Warga
sekitar juga menambahkan adanya sebuah mobil jenis Range Rover berwarna hitam
dengan nomor polisi D 312 ITA melaju ke arah kota setelah keributan usai. Hipotesis
pertama kami, salah satu pelaku memiliki ukuran kaki 42 dengan rambut warna
pirang dan mereka melaju dengan Range Rover hitam.
Tak banyak yang hilang dari rumah ini. Lemari kamar
sepertinya hanya diacak-acak tanpa ada barang yang hilang. Semuanya utuh tapi
bersepah kian kemari. Begitu juga barang bukti parang didepan rumah, sepertinya
pelaku memang menginginkan kami untuk menemukan mereka.
……
Seminggu berjalan, belum ada kabar apapun dari intel
yang kami sebar di seluruh bandung. Tanda-tanda keberadaan mobil tersebut belum
juga kami temukan. Garis polisi masih tersingkup mengitari seluruh rumah TKP.
Sesekali juga beberapa warga yang penasaran mencoba mendekat dan menelinguk
sekejab terkait kejadian minggu lalu. Ketiga korban tewas sudah dimakamkan
dalam satu liang lahat. Nia tak kami ikutkan dalam prosesi pemakaman itu,
mengingat traumanya bisa memburuk setiap saat.
Gadis kecil itu tinggal bersamaku sejak 2 hari yang
lalu setelah psikiater membolehkannya pulang, namun jika traumanya kambuh lagi
ia harus kembali. Tak banyak yang ia katakan semenjak berada dirumah ini. Sesekali
istriku mengajaknya ia bicara tentang hal-hal kecil mengenai dirinya. Ia hanya
menjawab seperlunya, entah ia masih teringat tentang kejadian itu atau tidak,
yang pasti anak ini mengalami depresi berat. Tak jarang ia sama sekali tidak
menyentuh mainan dan makanan yang kami sediakan di kamarnya. Aku sengaja
menempatkan ia bersama isteriku agar suatu saat ia bisa merasakan hal yang sama
seperti bersama ibunya dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar